Kumandang Adzan Ashar Masjid Raya Batam telah berlalu, mengantarkanku sujud pada Ilahi Rabbi. Senja pun segera menyambut bumi di bagian Free Trade Zone Indonesia yang indah ini. Kuhidupkan mesin Thunderku melaju ke tempat biasa aku menunggu Adzan Maghrib berkumandang. Taman Engku Putri, banyak dipenuhi muda mudi yang sedang menghabiskan romansa cinta mereka. Kupikir, buat apa menghabiskan waktu memadu kasih padahal belum tentu laki-laki perempuan itu menjadi suami dan istri. Mungkin aku termasuk manusia ekstrim, tapi aku akui jatuh cinta memang tak memandang usia, kasta, bahkan jenis kelamin. Aku juga bukan orang yang tidak pernah merasakan jatuh cinta, betapa merugi manusia hidup tanpa cinta.
Engku Putri senja ini ramai seperti biasa, tapi tak ada sesuatu pun yang mampu menarik perhatian mataku. Kuparkirkan Thunderku dekat tempat untuk Hot Spot di Engku Putri. Alhamdulillah hanya sedikit yang menggunakan fasilitas Hot Spot senja ini,
“ Bisa connecting Internet cepet nich,” ujarku semangat.
Kubuka Si Merah tercintaku, Lap Top dari beberapa bulan kukumpulkan gaji kerjaku. Masih aku belai-belai dengan penuh kasih sayang, kubuka pelan-pelan agar tak cepat lecet. Tak kuizinkan teman manapun untuk menyentuhnya, jika terpaksa ada teman yang pinjam, tak kubiarkan berlalu begitu saja, petuah-petuah cara penggunaan akan selalu memberondonginya. Ini bukan petanda aku pelit, medit, alias bakhil. Tapi Si Merah ini seperti bagian hidupku, membantuku mengeksplorasi apa yang ada dalam pikirku. Jadi tak kubiarkan siapapun menyentuhnya.
Kutengok facebook yang telah beberapa hari terlewat, karena sibuknya jadwal kantor. Ada beberapa teman lama yang mengirimkan pesan-pesannya, anganku jadi melayang membayangkan kenangan bersama mereka tempo dulu. Tak sadar kusenyum-senyum sendiri membaca komentar-komentar mereka.
“ Masih lucu juga anak-anak,“ gumamku geli.
Jenuh juga mata ini terlalu lama melotot di depan monitor. Kurentangkan tanganku, terasa tulang-belulang ini gemeretak seolah kurang oli di setiap ruasnya. Kupalingkan kepala ini kanan dan ki…..ri. Ups, kepalaku tertahan di bagian kiri. Bukan karena terkilir atau memang betul-betul kurang oli, tapi aku melihat gadis manis. Eh, baru kali ini ada yang menarik di Taman Engku Putri ini.
Aku mulai mencuri-curi melihat raut wajah manisnya. Tapi, mungkin tak ada guna aku mencuri, toh dia aku pelototi saja, pasti dia juga tidak tahu. Kuperhatikan wajahnya, tak bosan dipandang. Matanya membaca larik-larik artikel yang ia temukan via internet connection, mata yang berbinar mencerminkan kecerdasan. Wajah yang bersih, tak berjerawat satupun. Semakin menarik dengan jilbab hitamnya, yang terurai menutup dadanya. Eh, semakin detail juga aku mencoba untuk menilainya.
Kualihkan perhatianku pada facebook-ku kembali, tapi pikiran untuk melihatnya menggodaku lagi.
“ Eh, ini bukan jatuh cinta !” gumamku pada diriku sendiri.
“ Ini cuma, terpesona saja!” lirikku pada senyumnya.
Setelah mengenal banyak gadis, kenapa ini yang mampu membuatku tertarik. Ada Nindya, gadis Padang yang tomboy telah lama kukenal, lengket sekali dengan aku, tapi aku merasa dia cuma jadi temanku saja, bahkan kumerasa dia jadi penggangguku saja. Ada Rossa, gadis melayu yang manis, rambutnya yang hitam dan panjang terawat dengan creambath setiap dua pekan sekali. Ah, tapi biasa aja tuh.
Kuberanikan untuk sekedar bertanya, kumencari-cari pertanyaan yang tak terkesan bodoh.
“ Fast Connecting yach ?” kubuka obrolan senja itu.
“ Iya,” jawabnya singkat dengan anggukkan kecil.
“ Sering ke sini?” tanyaku lagi,
“ Lumayan,” senyumnya.
“ Lagi apa? Down load ?” aku semakin menyelidik.
“…..” dia Cuma senyum. Mungkin ini pertanda dia tak mau diganggu.
“ Cari data,” ujarnya,
“ Skripsi ?” tanyaku lagi,
“ Tesis,” cukup singkat namun membuatku kagum.
Wah hebat, masih muda tapi hampir S2. Aku aja malas untuk sekolah lagi, tapi bagus nih, bisa ditiru semangatnya. Menambah kekagumanku yang sudah timbul dari awal perjumpaan.
Gadis ini nih, jilbabnya rapi terjulur sampai bawah dadanya. Kupikir jarang ada perempuan tidak Gaptek (gagap teknologi). Apalagi berjilbab rapi, mesti ilmu agamanya juga tak cetek-cetek amat. Lihat tuh! Jari-jarinya bermain dengan sendirinya di toots keyboard, kelihatannya sudah otomatis. Kuyakin, tak hanya aku yang tertarik dengan gadis ini.
Mungkin benar apa kata kakak perempuanku. Dia bilang, bagaimanapun laki-laki itu sudah dari takdirnya lebih memilih wanita yang baik-baik untuk jadi istrinya. Meskipun laki-laki itu bukan pria baik-baik, diapun akan berpikir panjang jika mencari perempuan untuk dia nikahi. Tidak sembarang perempuan yang dia temui lalu dia ajak untuk kawin.
Aku masih ingat ketika kakakku bilang, “ Ya iyalah, semua orang mau dapat hal yang terbaik di dunia ini. Orang kita beli buah kaleng aja, ditutupnya ada tulisan JANGAN DITERIMA JIKA SEGELNYA RUSAK, apalagi nyari istri atau suami mesti segelnya juga kudu utuh, ya kan? Mau Lu dapet barang bekas?” menggebu-gebu dengan logat Betawinya yang kental.
Pikirku pun melayang lagi, tapi bagaimana laki-laki yang dengan mudah meniduri perempuan-perempuan di luar ikatan perkawinan? Anganku dibuat pusing jika aku mengingat diskusi dengan kakakku saat itu. Aku juga semakin hari, semakin harus menjaga pandanganku. Batam semakin hari semakin tak terkontrol, gimana nih pemerintahnya, cewek-cewek seksi ada dimana-mana, membuat mataku berkunang-kunang setiap saat.
Sexual crime, kejahatan seksual juga terjadi dimana-mana. Bahkan anak di bawah umur sempat menjadi korban atas kebrutalan seksual baru-baru ini. Kita yang memiliki perhatian hanya bisa menitikkan air mata. Tak bisa berbuat lebih, padahal luka bocah itu tak mungkin hilang sepanjang hidupnya. Dunia ini harus kita ubah, mulai dari diri kita. Kalau kata film, agar kiamat tak segera datang menjemput manusia-manusia hidup saat ini.
Tapi cukuplah pemandangan senja ini mampu menjadi oase pandanganku. Penyejuk mata, dari keliaran memandang hal-hal yang bukan hak lihatnya. Indahnya jika pandanganku diamankan oleh pemandangan, karena penjagaan itu sangatlah sulit. Soal sexual crime di Batam akan terkurangi dengan sendirinya jika perempuan-perempuan Batam sangat sejuk dipandang mata, seperti halnya sore ini.
Tiba-tiba Adzan Maghrib menyadarkanku dengan merdu kumandangnya. Si Cantik itupun membenahi semua peralatannya, memacu Zupiter birunya dengan penuh keanggunan. Selamat jalan cantik, semoga menjadi oase untuk manusia yang memandangmu.
No comments:
Post a Comment